Rabu, 25 November 2009

Artikel B. Indonesia1 (Busung Lapar dan Kemiskinan)

Busung Lapar, Kemiskinan dan Komitmen Pemerintah

Kemiskinan tampaknya sudah menjadi masalah lama yang terus-menerus dihadapi bangsa ini. Semenjak bangsa ini mengukuhkan kemerdekaannya hingga berkali-kali terjadinya pergantian kepala negara, persoalan kemiskinan tetap menjadi masalah yang belum juga terselesaikan.
Masalah kemiskinan sebenarnya telah diperingatkan bahkan sejak setengah abad yang lalu. Ketika itu tahun 1950-an, bekerja sama dengan beberapa universitas, sejumlah sarjana dan mahasiswa melakukan riset, perbandingan dan studi mendalam tentang sebab-sebab terjadinya stagnasi ekonomi di pedesaan. Desa menjadi fokus perhatian karena mayoritas rakyat Indonesia hidup di sana. Buku Clifford Geertz, yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berjudul ’Involusi Pertanian di P Jawa’ adalah bagian dari hasil riset tersebut.
Geertz menguraikan kemiskinan kolektif beranak pinak berbarengan dengan merosotnya produktivitas dan fragmentasi lahan pertanian. Tidak hanya para peneliti, sastrawan pun telah mengingatkan masalah kemiskinan ini.
Dalam Majalah Siasat Edisi 18 Juni 1950, sastrawan Sultan Takdir Alisahbana mengatakan, pemerintah tidak akan mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan bagi 70 juta rakyat Indonesia. Kalau STA masih hidup, ia pasti heran, ketidakmampuan itu ternyata justru berkesinambungan hingga saat ini. Bahkan, saat mulai terjadi kelaparan di beberapa kecamatan di Nusa Tenggara Timur, banyak pemimpin maupun elite partai politik mengabaikan fakta-fakta kemelaratan dan menganggapnya sebagai peristiwa yang baru terjadi kemarin.
Setelah lebih dari setengah abad, masalah kemiskinan ternyata masih saja mendera bangsa ini. Berbagai peristiwa di abad modern ini telah membuktikan hal ini. Munculnya wilayah rawan pangan, beragam peristiwa kelaparan di berbagai daerah, semakin membeludaknya para pencari kerja, hingga keluhan-keluhan merosotnya daya beli mereka dalam menghadapi kenaikan harga barang kebutuhan tampaknya sudah menjadi keseharian hidup masyarakat yang kian menempatkan mereka dalam lilitan jerat-jerat kemiskinan.
Tahun 2004 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan mencapai 36,1 juta dari 217 juta penduduk Indonesia. Suatu jumlah yang memilukan. Masalah kemiskinan makin mencuat ketika muncul kasus busung lapar akibat gizi buruk di beberapa daerah di tanah air. Busung lapar hanyalah muara dari permasalahan bangsa ini yang belum kunjung terselesaikan: kemiskinan.
Namun, kemiskinan di Indonesia adalah suatu hal yang sangat ironi. Bank Dunia mencatat, jumlah penduduk Indonesia yang berpendapatan kurang dari 2 dollar AS atau Rp 19.000 per hari mencapai 60 persen. Sebaliknya, deposito dengan volume terkecil Rp 5 miliar jumlahnya meliputi 95 persen dari jumlah seluruh deposito yang terhimpun pada sejumlah bank, diperkirakan hanya dimiliki oleh 14.000 orang terkaya.
Pemerintah yang diharapkan mampu menolong masyarakat miskin dari persoalan ini belum banyak diharapkan. Selama ini langkah kebijakan para penguasa negara dianggap belum mampu mengatasi persoalan kemiskinan di negeri ini. Hal demikian tampak pula dalam berbagai persoalan lainnya, seperti perbaikan kondisi perekonomian, upaya meningkatkan ketersediaan lapangan kerja, hingga penyediaan sarana pendidikan maupun kesehatan yang dinilai masih jauh dari kondisi memadai. Padahal, yang tidak kalah mengkhawatirkan, saat ini sejalan dengan terjadinya peningkatan harga-harga barang kebutuhan membuat beban kehidupan ekonomi mereka kian memberat.
Lalu, pelajaran apa yang dapat dipetik dari semua itu? Pada 1970-an posisi Indonesia belum begitu buruk dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Bahkan, dibanding dengan Korea selatan, kemampuan industri otomotif Indonesia lebih kurang sama. Dua dekade kemudian, Korsel sudah memproduksi mobil sendiri dan mengekspornya. Sementara Indonesia tetap sebagai perakit dan importir. Lebih ironis lagi dibandingkan dengan Malaysia. Tahun 1970-an negara jiran ini mendatangkan tenaga dokter, guru, montir, ahli pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan dari Indonesia. Ribuan mahasiswa Malaysia belajar di Indonesia atas biaya pemerintahnya. Sejarah berputar dua dekade kemudian. Ribuan mahasiswa Indonesia belajar tentang pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan di Malaysia. Jika diukur dari pendapatan per kapita, saat ini Malaysia mencapai 4.000 dollar AS, sedangkan Indonesia masih berkisar 725 dollar AS.
Kemajuan ekonomi rakyat Malaysia lebih nyata lagi diukur dari porsi ekonomi yang dikuasai warga Melayu, yang tadinya merupakan lapisan termiskin. Melonjak dari 1,5 persen tahun 1970 menjadi 23 persen tahun 2003. Sedangkan equity korporasi meningkat dari 2,5 persen tahun 1970 menjadi 30 persen tahun 1990. Sekarang diperkirakan mendekati 40 persen.
Sementara keadaan di Indonesia sendiri tidak banyak berubah. Banyak kalangan yang buta terhadap fakta ini, dengan dalih penduduk Malaysia hanya 25,5 juta jiwa. Mereka lupa tidak ada hubungan kemelaratan dengan jumlah penduduk. AS dengan wilayah dan penduduk yang lebih besar dari Indonesia, misalnya, pendapatan per kapitanya lebih 30 kali Indonesia. Penduduk RRC sekitar 1,3 miliar, namun tidak menyebabkan rakyat melarat dan pemerintah mengemis utang luar negeri.
Komitmen pemerintah, siapa pun presidennya, harus dijaga untuk secara konsisten memberantas kemiskinan. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan, yang beberapa hal telah dilakukan pemerintah sebelumnya –menunjukkan indikasi keberhasilan. Diantaranya adalah menggerakkan ekonomi pedesaan melalui program Inpres Desa Tertinggal (IDT) atas prakarsa (alm) Prof Mubyarto, program babonisasi di Bantul (DIY) atas prakarsa Bupati Idham Samawi, maupun program gaduhan ternak. Jika langkah-langkah penting itu mendapat dukungan penuh dari pemerintah sebagai program nasional yang berkelanjutan, akan menjadikan perekonomian di desa bergerak lebih cepat sekaligus mampu mengangkat derajad masyarakat pedesaan.











Sumber:
1. URL : Http://www.wikipedia.com
2. www.Poultryindonesia.com, Opini.

Artikel B. Indonesia1 (pengaruh globalisasi)

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP NILAI-NILAI NASIONALISME

• Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
• Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)
Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.
• Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme

1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.

• Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme

1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Pengaruh-pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

• Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Padahal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misalnya untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek, tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya generasi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
• Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :
1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil-adilnya.
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi dibidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
Dengan adanya langkah-langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.


















Referensi:
1. www.Google.com

2. Http://www.wikipedia.com
3. Jamli, Edison dkk.Kewarganegaraan.2005.Jakarta: Bumi Akasara
4. Krsna @Yahoo.com. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.2005.internet:Public Jurnal

Sangat menarik sekali jika kita menganalisis globalisasi yang secara khususnya berdampak pada kehidupan berbangsa bernegara. Dengan demikian, sebagai anak muda generasi penerus bangsa, kita lebih waspada terhadap dampak negatif yang dapat ditimbulkan globalisasi.

Sangat baik kita mengetahui apa itu globalisasi,dan bagaiman cara kita supaya tidak terkena dampak negatif dari globalisasi tersebut. Serta perlu anak muda bisa lebih memahami apa itu sebenarnya globalisasi

Komentar terhadap 5 langkah usulan antisipatif tsb.
1. Menumbuhkan cinta produk dalam negeri. Ini hanya impian kosong kalau produk dalam negeri mutunya rendah dan harganya mahal. Mana mungkin bersaing? Maka ini harus didukung oleh Pemerintah.
Jadi ini harus didahului oleh peningkatan mutu produk dalam negeri. Apa bisa? Kalau tidak bisa, ya hukumnya kalah bersaing di pasaran.

2. Menanamkan nilai-nilai Pancasila. Idealis sekali. Caranya? Penataran P4 lagi? Penatar dan manggalanya saja ada yang jadi koruptor, bagaimana dengan yang ditatar? Nilai hanya bisa diadopsi secara sukarela secara pribadi. Tidak mungkin ditatar atau dipaksa dari atas. Di mana harus dimulai? Bukan di P4. Tetapi di keluarga. Orang tua yang tidak demokratis tak mungkin menanamkan nilai demokratis pada anak-anaknya. Karena nilai turun lewat peneladanan dan bukan lewat wacana.

3. Menanamkan nilai agama sebaik-baiknya? Caranya sama dengan no.2 di atas. Beribadah saja tidak cukup. Rajin beribadah tetapi korupsi jalan terus bagaimana? Beramal terus, tetapi dari hasil korupsi apakah ada gunanya? Apa ada nilainya di mata Tuhan? Di mata Tuhan semuanya tidak ada nilainya kenapa? Allah tidak menerima amal yang tidak dari hasil kejujuran dan ibadah yang tidak tulus.

4. Supremasi hukum memang ideal. Kalau di jajaran kehakiman, kejaksaan dan kepolisian saja terjadi banyak korupsi dan penjualan hukum dengan melecehkan rasa keadilan masyarakat, lalu bagaimana caranya hukum akan ditegakkan secara masuk akal?

5. Selektif terhadap dampak globalisme. Caranya?
Satu satunya cara ialah pengembangan karakter pribadi setiap manusia Indonesia dengan mengadopsi nilai-nilai luhur yang dibutuhkan. Sistem Pendidikan Nasional kita tidak memuat kurikulum pendidikan karakter, budi pekerti apalagi nilaui-nilai luhur. Ini yang harus dirombak terlebih dahulu. Jadi reformasi masyarakat sehingga mampu bertahan terhadap arus globalisasi harus mulai dari pendidikan karakter di keluarga.

Jumat, 06 November 2009

Sistem Penunjang Keputusan

Sistem pendukung Keputusan (DSS) - apakah itu menjadi sistem pengambilan keputusan (dms)? .
Seperti kita ketahui, pengambilan keputusan adalah tugas mendasar manajer dan terdapat berbagai sistem informasi i. e. Sistem informasi manajemen (MIS), sistem informasi Eksekutif (EIS) yang membantu manajer dalam proses pengambilan keputusan. Pertimbangan utama kita titik dari artikel ini adalah DSS dan peran dalam perspektif manajemen.

Definisi DSS :

Sistem Komputer yang interaktif yang membantu pembuatan keputusan dalam menggunakan dan memanfaatkan data dan model untuk memecahkan masalah yang tidak terstruktur.


Kita akan membahas Peran yang dimainkan oleh DSS dalam proses keputusan perubahan makingThe datang di skenario tentang peran DSS dalam pengambilan keputusan. DSS adalah sebuah sistem yang mendukung teknologi dan pengambilan keputusan manajerial dengan membantu dalam organisasi pengetahuan tentang terstruktur, semi terstruktur, atau masalah-masalah tidak terstruktur.

Decision Support Sistem (DSS) adalah kelas dari sistem informasi terkomputerisasi yang mendukung aktivitas pengambilan keputusan. DSS adalah interaktif berbasis komputer sistem dan subsistem dimaksudkan untuk membantu pengambil keputusan menggunakan teknologi komunikasi, data, dokumen, pengetahuan dan / atau model proses keputusan untuk menyelesaikan tugas.


Payung besar sistem pendukung keputusan (DSS) telah lama menyediakan tempat pengumpulan selamat datang bagi anda yang ingin membangun aplikasi perangkat lunak yang didasarkan pada model campuran, analisis data, dan antarmuka kuat. DSS menarik praktisi, akademisi dan mahasiswa dari berbagai bidang termasuk sistem informasi, riset operasi / ilmu manajemen, ilmu komputer, psikologi dan disiplin bisnis lainnya.

Masalah: Ada virtual revolusi dalam hal spreadsheet berbasis manajemen operasi manajemen sains dan kursus yang tampaknya telah terperangkap di sekolah bisnis. Spreadsheets telah berevolusi menjadi sebuah platform yang cukup mampu untuk pengguna akhir model pendukung keputusan.

Sebagai contoh, dalam Microsoft Excel, evolusi ini telah mengakibatkan masuknya Solver untuk optimasi, Pivot Tables, konektivitas basis data, matematika dan statistik berbagai fungsi dan Visual Basic for Applications (VBA) bahasa pemrograman.

Masalahnya datang dari gambar ini di mana daripada menggunakan keterampilan manajemen untuk membuat keputusan, para manajer sangat tergantung pada alat-alat DSS untuk membuat keputusan. Mungkin lebih penting ketika manajer baru akan kurangnya keterampilan manajemen dan mereka akan sepenuhnya bergantung pada alat DSS.

Jadi, kita dapat membuat pertanyaan-pertanyaan:

Apa alasan di balik manajer yang bergantung pada DSS begitu banyak peralatan? Apa yang harus menjadi rasio dioptimalkan menggunakan desktop dan keterampilan manajemen untuk pengambilan keputusan? My Idea: Pertama-tama kita harus memahami model pengambilan keputusan: himpunan kegiatan yang mendukung DSS lingkungan. Elemen kunci dari model ini cukup umum, dan meliputi:

Seorang pembuat keputusan: seorang individu atau kelompok dituntut dengan membuat keputusan tertentu. Satu set input ke proses pengambilan keputusan: data, model-model numerik atau kualitatif untuk menafsirkan data, pengalaman historis dengan set data yang sama atau mirip situasi pengambilan keputusan, dan berbagai macam budaya dan norma-norma dan kendala psikologis terkait dengan pengambilan keputusan pengambilan keputusan proses itu sendiri: satu set langkah-langkah, lebih atau kurang mampu memahami, untuk mengubah input menjadi output dalam bentuk keputusan, A set output dari proses pengambilan keputusan, termasuk keputusan-keputusan mereka sendiri dan (idealnya) seperangkat kriteria untuk mengevaluasi keputusan-keputusan yang dihasilkan oleh proses terhadap serangkaian kebutuhan, masalah atau tujuan yang disebabkan pengambilan keputusan kegiatan di tempat pertama. Segera setelah kita melihat model ini, kita menyadari bahwa berbicara tentang sistem pendukung keputusan di luar domain tertentu pengambilan keputusan ini tidak terlalu berguna.

Jika kita hanya mempertimbangkan jangka waktu dimana sebuah keputusan harus dibuat dan risiko dan kendala yang terkait dengan proses pengambilan keputusan, kita akan mengakui bahwa ada banyak perbedaan kualitatif dan kuantitatif antara lembaga-lembaga pemerintahan, bukan-untuk - keuntungan (NFP) organisasi, dan perusahaan-perusahaan komersial. Sederhananya, keputusan komersial, secara agregat, mempunyai jangka waktu lebih pendek dan lebih tinggi risiko terkait (termasuk kepunahan) daripada sektor publik atau tidak-untuk-laba keputusan, dan karena itu mungkin akan membutuhkan bantuan dari sebagian besar teknologi informasi.

Untuk alasan ini saja, esai ini membatasi ruang lingkup pada sistem pendukung keputusan komersial: infrastruktur TI yang dirancang untuk mendukung proses pengambilan keputusan dalam publik dan swasta yang diselenggarakan perusahaan-perusahaan yang bersaing di pasar terbuka bagi pelanggan, pendapatan dan pangsa pasar.

Bagaimana lingkungan DSS mendukung pengambilan keputusan? Lingkungan DSS mendukung pengambilan keputusan generik model di atas dalam beberapa cara:

Dalam pengambilan persiapan, DSS lingkungan yang menyediakan data yang diperlukan sebagai masukan bagi proses pengambilan keputusan. Ini adalah tentang data mart dan data lingkungan pergudangan lakukan hari ini. Dalam pengambilan penataan, lingkungan DSS menyediakan alat-alat dan model untuk mengatur input dengan cara yang masuk akal untuk membingkai keputusan. Alat-alat dan model tidak pivot tabel dan aspek lain dari presentasi data yang ditemukan alat query. Mereka adalah alat pengambilan keputusan yang sebenarnya, seperti pohon kesalahan analisis, logika dan model Bayesian berbasis pengambilan keputusan berdasarkan hal-hal seperti jaringan saraf. Dalam konteks pembangunan, lingkungan lagi DSS menyediakan alat-alat, dan menyediakan mekanisme untuk menjaring informasi tentang keputusan's konstituen (yang dipengaruhi oleh keputusan ini), hasil dan probabilitas, dan unsur-unsur lain yang lebih besar konteks pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan, DSS lingkungan dapat mengotomatisasi semua atau bagian dari proses pengambilan keputusan dan menawarkan evaluasi pada keputusan yang optimal. Sistem pakar dan kecerdasan buatan pemaknaan lingkungan untuk melakukan hal ini, tetapi mereka bekerja hanya dalam kasus-kasus yang sangat terbatas. Dalam pengambilan propagasi, lingkungan DSS mengambil informasi yang dikumpulkan mengenai konstituen dan ketergantungan dan hasil dan mendorong unsur-unsur dari keputusan ke konstituen mereka untuk bertindak. Dalam keputusan manajemen, DSS lingkungan hasil periksa hari, minggu dan bulan setelah keputusan untuk melihat apakah (a) keputusan dilaksanakan / disebarkan dan (b) jika efek dari keputusan yang seperti yang diharapkan. Apa yang diperlukan adalah untuk -

Memilih kelas proses pengambilan keputusan untuk berfokus pada, Persempit berbagai masukan, cakupan kegiatan dan perbedaan dalam model dan metode, paling penting, untuk memahami di mana teknologi berhenti untuk memainkan peran yang berarti dalam pengambilan keputusan, dan di mana kebijakan menjadi penentu kualitas dan kuantitas putusan efektivitas. Kerja terkait: Dalam konteks yang sama, kita harus memahami komponen-komponen sistem pendukung keputusan (DSS). Komponen DSS komponen utama dari DSS adalah sebuah sistem manajemen database (DBMS), User Interface (Dialog) Subsystem, Berbasis Pengetahuan (Manajemen) Subsistem.

Sistem manajemen database (DBMS): - Sebuah sistem manajemen basis data yang sesuai harus dapat bekerja dengan baik data yang internal organisasi dan data yang di luarnya. Database sistem manajemen basis data direktori Data (Database harus berisi data tentang tabel & semua benda-benda lainnya) fasilitas Query Pengguna Interface (Dialog) Subsystem: - Dialog generasi dan sistem manajemen dirancang untuk memenuhi representasi pengetahuan, dan antarmuka DNS dan persyaratan.

Informasi yang khas aplikasi dukungan keputusan mungkin mengumpulkan dan sekarang akan menjadi: Mengakses semua aset informasi Anda saat ini, termasuk legacy dan sumber data relasional, kubus, data gudang, dan data Mart. Konsekuensi dari alternatif keputusan yang berbeda, mengingat pengalaman masa lalu dalam konteks yang dijelaskan. Proyeksi pendapatan angka berdasarkan asumsi penjualan produk baru. Berbasis Pengetahuan (Manajemen) Subsistem - Sebuah sistem berbasis pengetahuan, adalah sebuah program komputer yang berisi beberapa subjek pengetahuan khusus dari satu atau lebih pakar manusia. Bentuk yang paling umum dari sistem pakar adalah sebuah program yang terdiri dari satu set aturan yang menganalisis informasi (biasanya diberikan oleh pengguna sistem) mengenai suatu kelas masalah spesifik. Sebuah istilah terkait wizard. Sebuah wizard adalah sebuah program komputer interaktif yang membantu pengguna menyelesaikan masalah. Sistem berbasis pengetahuan ahli dalam spesifik "application domain".

Tujuan dari KBMS adalah untuk membuat, mengatur & menyediakan informasi penting pengetahuan dalam konteks prosedur, perkiraan. Teknologi utamanya adalah data pertambangan. Data Mining (DM) adalah proses pencarian otomatis volume besar data untuk pola menggunakan aturan asosiasi.

Sistem ini memberikan dan Menyediakan keahlian dalam pemecahan yang kompleks dan tidak terstruktur masalah semi-terstruktur Keahlian yang disediakan oleh sistem pakar atau lainnya DSS Advanced systemn cerdas memiliki berbasis pengetahuan (manajemen) componentn Berujung pada DSSn cerdas Contoh: Data mining Jenis DSS DSS dapat memiliki sempit maupun luas akal. Sebuah pengertian sempit DSS adalah fungsi atau industri berorientasi DSS spesifik dan di sisi lain tujuan yang paling umum adalah DSS DSS generator. Ada enam kategori berdasarkan teknologi berdasarkan komponen -

Komunikasi drivenKnowledge DrivenModel DrivenDocument didorong DrivenData DrivenCommunication: - Kebanyakan komunikasi berbasis DSSS ditargetkan pada tim internal, termasuk mitra. Tujuannya adalah untuk membantu mengadakan pertemuan, atau bagi pengguna untuk berkolaborasi. Teknologi yang paling umum digunakan untuk menyebarkan DSS adalah web atau client server. Contoh: chatting dan instant messaging software, online kolaborasi dan net-sistem pertemuan.

Knowledge Driven: - Pengetahuan berbasis DSSS atau 'pengetahuan' adalah mereka dikenal, adalah menangkap semua kategori meliputi berbagai sistem yang meliputi pengguna dalam organisasi dan menyiapkannya, tetapi mungkin juga termasuk orang lain yang berinteraksi dengan organisasi - untuk Misalnya, konsumen bisnis. Itu dasarnya pengelolaan digunakan untuk memberikan nasihat atau untuk memilih produk / jasa. Penyebaran yang khas teknologi yang digunakan untuk mengatur sistem seperti ini dapat klien / sistem server, web, atau perangkat lunak yang berjalan pada PC yang berdiri sendiri.

Model Driven: - Model-driven DSSS adalah sistem yang kompleks yang membantu menganalisis keputusan atau memilih di antara pilihan yang berbeda. Ini digunakan oleh para manajer dan staf dari sebuah bisnis, atau orang-orang yang berinteraksi dengan organisasi, untuk beberapa tujuan, tergantung pada bagaimana model sudah diatur - penjadwalan, dll analisis keputusan DSSS ini dapat digunakan melalui software / hardware dalam berdiri sendiri PC, klien / server sistem, atau web.

Dokumen Driven: - Dokumen-driven DSSS yang lebih umum, ditargetkan pada dasar yang luas kelompok pengguna. Tujuan semacam DSS adalah untuk mencari halaman web dan menemukan dokumen di set tertentu atau istilah pencarian kata kunci. Teknologi yang biasa digunakan untuk mengatur DSSS seperti itu adalah melalui web atau client / server system. Contoh:

Data Driven: - Sebagian besar berdasarkan data DSSS ditargetkan pada manajer, staf, dan juga produk / jasa pemasok. Ini digunakan untuk query database atau data warehouse untuk mencari jawaban yang spesifik untuk tujuan tertentu. Hal ini digunakan melalui sistem kerangka utama, klien / server link, atau melalui web. Contoh: basis data berbasis komputer yang memiliki sistem permintaan untuk memeriksa (termasuk penggabungan data untuk menambah nilai database yang ada.

Kesimpulan dan pekerjaan lebih lanjut: Tantangan bagi setiap organisasi mengingat lingkungan DSS adalah yang paling kompleks. Organisasi yang menyebarkan teknologi DSS, tetapi tidak menegakkan kebijakan pengambilan keputusan, tidak bisa berharap untuk menurunkan kembali nilai bisnis yang signifikan dari DSS lingkungan mereka, karena nilai akhir suatu keputusan dalam pelaksanaan dan pengelolaan: DS